Sambil mengenal tokoh kita kali ini, rubrik yang kami asuh ini sengaja dipoles untuk membawa kita ke suatu percakapan yang unik dan menarik, sekaligus mengingatkan kita bahwa doa ibu sangat mujarab. Mudah-mudahan profil tokoh muda kita ini dapat memberikan suatu wacana dan motivasi yang bermanfaat bagi pembaca kami yang budiman.
Horas, Pekanbaru
Dalam nuansa human interest dengan mengetengahkan nilai-nilai manusiawi akan kami lukiskan pada Edisi kali ini.
Dia memiliki kharisma yang mempesona serta seorang figur berprestasi ditambah pribadi unik dan menarik.
Para pembaca Tabloid HORAS yang kami cintai! Sebagai tokoh pilihan kami kali ini, boleh dikatakan telah memenuhi kariteria yang kita inginkan.
Dia adalah seorang putra batak sekaligus memiliki marga Sihotang turunan dari Hasugian. Dia sudah terkemuka dibidangnya, sebagai seorang Pemimbina Masyarakat Kristen Protestan di Wilayah Riau. Pemilik warna kulit hitam manis ini adalah paripurna, ditambah kegesitannya dalam menanggapi hal-hal positif hingga menghantarkan dirinya menduduki jabatan strategis di Kantor Kementerian Agama Provinsi Riau.
Dia memiliki daya pikat luar biasa, hingga mampu memukau public melalui kekuatan kata-kata yang diekspresikannya penuh pesona sehingga pendengar selalu mengaguminya.
Siapakah dia sebenarnya? Visual berikut ini adalah gambaran hidup seharian sekaligus jatidiri yang sebenarnya.
Tokoh kita kali ini bernama lengkap, Yesri Elfis Hasugian STh. Lahir di Tapanuli Utara tanggal 7 Feberuari 1976 dari seorang ibu bernama Samaria br Situmorang (Op Enmoiya Yesda Abed Hasugian).
Ketika Elfis, demikian panggilan kesehariannya saat berusia enam tahun, mengecap pendidikan sekolah dasar di SD 060938 Medan Sumatra Utara. Dalam rentan waktu selama enam tahun itu, dia dapat menyelesaikan sekolahnya sekaligus mengantarnya kesekolah lanjutan tingkat pertama di SMP PGRI 55 Medan. Dia melanjutkan studi di selama tiga tahun di Menengah Agama Kristen Immmanuel (SMAKIM) Medan tanpa mengalami hambatan yang berarti. Penggemar lagu Haluaon Nagok No 171 ini melanjutkan studinya di Insitut Agama Kristen Medan (IAKM) pada tahun 2000. Setelah menyandang gelar sarjana Theologia, pria pengumbar senyum ini langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2003.
Kariernya menanjak bagai mesin Ford. Elfis langsung ditempatkan menjadi pengawas di bidang Pendidikan Agama Kristen pada tingkat sekolah dasar di daerah Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara hingga tahun 2011.
Mengenai organisasi, anak pertama dari mantan Pembimas Agama Kristen Wilayah Riau Drs Pdt Jesyas Hasugian ini tidak lagi diragukan. Selain jabatan Pembimas Agama Kristen Protestana, saat ini dia juga menjabat sebagai ketua PERGAKRI Provinsi Riau. Ditambah lagi sebagai sekretaris I Karang Taruna Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru.
Elfis lahir dan dibesarkan di tengah keluarga seorang hamba Tuhan. Dia dibina dan dididik serta digembleng agar dapat mengetahui arti kehidupan yang sebenarnya melalui agama yang dianutnya. Menurutnya, hanya melalui agama itulah manusia dapat menghargai kehidupan yang mandiri sebagai ciptaan Tuhan yang bebas dari segala intervensi. Selain itu, menurut Elfis, ayahnya selalu mendidiknya agar menghargai disiplin, analisis serta menghormati fakta-fakta yang obyektif di dalam alam apalagi dalam kehidupan.
Disamping pembelajaran itu, ayahnya juga mengajarkan gaya hidup serta pemikiran Aristoteles kepada seluruh anak-anaknya. Dengan maksud, “orang lain masih berpikir, sementara mereka sudah berbuat”.
Sama dengan ibunya yang sangat gesit dalam membina dan mengajar anak-anaknya dengan tekun di bidang peradaban antara dunia dan akhirat. Boleh dikatakan setiap malam sebelum tidur ibunya mengajarkan cara-cara mensyukuri panca indra sekaligus melatih kepekaan melewati olah doa dan olah semedi dalam memanggil Tuhan Yesus.
Melalui gabungan dua jenis aliran pembinaan itulah sejak masa kanak-kanak hingga remaja sudah dapat menghayati arti kehidupan yang sebenarnya bahwa manusia ini hanya numpang lewat di atas dunia ini menuju alam yang sudah ditentukan Tuhan.
Atas dasar penggabungan dua aliran pendidikan ini pulalah mempengaruhi ayah dari tiga orang anak ini sangat peka terhadap wawasan budaya mengenai dinamika bangsa serta mengantisifasi individu dan HAM serta cara kedaulatan rakyat menuju pembelaan gaya hidup dan daya kreatif manusia sebagai individu yang cerdas terhadap masalah-masalah pendidikan apalagi keadilan sosial..
Hal itu pulalah menyebabkan dirinya menjadi orang yang tidak mau protokoler apalagi menjadi orang controversial apalagi untuk dipuji sebelum diuji. Yesri Elfis Hasugian STh sebagai nama lengkapnya, dimasa-masa remajanya selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Tetapi cita-cita itu gagal karena minusnya ilmu matematika dan ilmu hitung sesuai dengan ajaran ibunya yang hanya menonjolkan masalah religius.
Buktinya, walaupun usianya masih tergolong muda pada saat itu, sudah pernah mencalonkan diri menjadi Pembimas Agama Kristen di Wilayah Riau. Tetapi nasib masih berpihak kepada Yusuf Surubakti SPak menciptakannya semakin alot dan kuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sebagai bukti konkrit tentang kualitasnya, beberapa tahun kemudian tepatnya 29 Feberuari 2012 dia dilantik menduduki kursi kepemimpinan di Kantor Pembimas Agama Kristen Protestan Wilayah Riau.
Semenjak dia menduduki jabatan yang baru itu, pria berpenampilan sederhana ini mengatakan, “kita akan mengajak teman-teman Kristiani untuk menghidupkan kembali sebuah pandangan bahwa gereja itu dapat melahirkan ilmu dan moral menuju kedamaian dan kerukunan. Sebab belakangan ini telah banyak dari kaum pemuda hanya memiliki embel-embel Kristen KTP. Misalnya, cara berdoa walaupun melalui bahasa ibunya sendiri masih tergolong doa hafalan. Jika gereja tidak cepat mengantisipasi mental tersebut, bisa jadi mental anak-anak sekarang tidak dapat diaplikasikan. Maka segala pengajaran yang diberikan oleh hamba-hamba Tuhan maupun para guru agama di sekolah, kita kawatir mental anak-anak kita pasti akan menuju mental odong-odong kelak,” ungkapnya kepada Tabloid Horas, Selasa, (2/10) di ruang kerjanya.
Menanggapi singkronisasi hubungan para pendeta dengan pajabat di kantor agama sudah hampir tergolong terputus, Elfis Hasugian menjawab “disitulah kelemahan kita selama ini. Sebenarnya pihak Depag bidang agama Kristen Protestan dalam waktu dekat akan turun ke gereja-gereja untuk melakukan silaturahmi kepada pengurus gereja. Tetapi mengingat tugas sudah menumpuk di atas meja ditambah jumlah tenaga staf yang sangat minim, membuat kami belum dapat melakukan berbagai kunjungan ke gereja-gereja,” kata Elfis.
Memang, kata Elfis, dia sangat memahami apa yang diinginkan jemaat Kristen di Provinsi Riau. Tetapi semua rencana baik itu harus memiliki proses. Dari proses itulah cepat atau lambat akan memberikan solusi yang terbaik. Pada logikanya harus saling memahami dan memaklumi segala keterbatasan. Apalagi Negara yang kita cinta ini adalah Negara hukum yang taat kepada peraturan membuat kita tidak dapat berbuat dengan semena-mena.
Harus kita akui, lanjutnya, ajaran Kristen adalah ajaran yang selalu mentaati hukum dan peraturan. Atas ketaatan itulah kedamaian dan kerukunan antar sesama apalagi antar umat beragama dapat terwujud.
“Asa balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan, ari ni halak Kristen do ingkon gabe asalma olo masipaolo-oloan. Ai ro Tuhanta Jesus tu portibion mamboan dame do. Molo soadong be di hita dame i, antong halak parise nama hita annon didok halak sileban,” kata Elfis mengakhiri wawancaranya dengan wartawan Tabloid Horas. (M. Sihotang)
Horas, Pekanbaru
Dalam nuansa human interest dengan mengetengahkan nilai-nilai manusiawi akan kami lukiskan pada Edisi kali ini.
Dia memiliki kharisma yang mempesona serta seorang figur berprestasi ditambah pribadi unik dan menarik.
Para pembaca Tabloid HORAS yang kami cintai! Sebagai tokoh pilihan kami kali ini, boleh dikatakan telah memenuhi kariteria yang kita inginkan.
Dia adalah seorang putra batak sekaligus memiliki marga Sihotang turunan dari Hasugian. Dia sudah terkemuka dibidangnya, sebagai seorang Pemimbina Masyarakat Kristen Protestan di Wilayah Riau. Pemilik warna kulit hitam manis ini adalah paripurna, ditambah kegesitannya dalam menanggapi hal-hal positif hingga menghantarkan dirinya menduduki jabatan strategis di Kantor Kementerian Agama Provinsi Riau.
Dia memiliki daya pikat luar biasa, hingga mampu memukau public melalui kekuatan kata-kata yang diekspresikannya penuh pesona sehingga pendengar selalu mengaguminya.
Siapakah dia sebenarnya? Visual berikut ini adalah gambaran hidup seharian sekaligus jatidiri yang sebenarnya.
Tokoh kita kali ini bernama lengkap, Yesri Elfis Hasugian STh. Lahir di Tapanuli Utara tanggal 7 Feberuari 1976 dari seorang ibu bernama Samaria br Situmorang (Op Enmoiya Yesda Abed Hasugian).
Ketika Elfis, demikian panggilan kesehariannya saat berusia enam tahun, mengecap pendidikan sekolah dasar di SD 060938 Medan Sumatra Utara. Dalam rentan waktu selama enam tahun itu, dia dapat menyelesaikan sekolahnya sekaligus mengantarnya kesekolah lanjutan tingkat pertama di SMP PGRI 55 Medan. Dia melanjutkan studi di selama tiga tahun di Menengah Agama Kristen Immmanuel (SMAKIM) Medan tanpa mengalami hambatan yang berarti. Penggemar lagu Haluaon Nagok No 171 ini melanjutkan studinya di Insitut Agama Kristen Medan (IAKM) pada tahun 2000. Setelah menyandang gelar sarjana Theologia, pria pengumbar senyum ini langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2003.
Kariernya menanjak bagai mesin Ford. Elfis langsung ditempatkan menjadi pengawas di bidang Pendidikan Agama Kristen pada tingkat sekolah dasar di daerah Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara hingga tahun 2011.
Mengenai organisasi, anak pertama dari mantan Pembimas Agama Kristen Wilayah Riau Drs Pdt Jesyas Hasugian ini tidak lagi diragukan. Selain jabatan Pembimas Agama Kristen Protestana, saat ini dia juga menjabat sebagai ketua PERGAKRI Provinsi Riau. Ditambah lagi sebagai sekretaris I Karang Taruna Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru.
Elfis lahir dan dibesarkan di tengah keluarga seorang hamba Tuhan. Dia dibina dan dididik serta digembleng agar dapat mengetahui arti kehidupan yang sebenarnya melalui agama yang dianutnya. Menurutnya, hanya melalui agama itulah manusia dapat menghargai kehidupan yang mandiri sebagai ciptaan Tuhan yang bebas dari segala intervensi. Selain itu, menurut Elfis, ayahnya selalu mendidiknya agar menghargai disiplin, analisis serta menghormati fakta-fakta yang obyektif di dalam alam apalagi dalam kehidupan.
Disamping pembelajaran itu, ayahnya juga mengajarkan gaya hidup serta pemikiran Aristoteles kepada seluruh anak-anaknya. Dengan maksud, “orang lain masih berpikir, sementara mereka sudah berbuat”.
Sama dengan ibunya yang sangat gesit dalam membina dan mengajar anak-anaknya dengan tekun di bidang peradaban antara dunia dan akhirat. Boleh dikatakan setiap malam sebelum tidur ibunya mengajarkan cara-cara mensyukuri panca indra sekaligus melatih kepekaan melewati olah doa dan olah semedi dalam memanggil Tuhan Yesus.
Melalui gabungan dua jenis aliran pembinaan itulah sejak masa kanak-kanak hingga remaja sudah dapat menghayati arti kehidupan yang sebenarnya bahwa manusia ini hanya numpang lewat di atas dunia ini menuju alam yang sudah ditentukan Tuhan.
Atas dasar penggabungan dua aliran pendidikan ini pulalah mempengaruhi ayah dari tiga orang anak ini sangat peka terhadap wawasan budaya mengenai dinamika bangsa serta mengantisifasi individu dan HAM serta cara kedaulatan rakyat menuju pembelaan gaya hidup dan daya kreatif manusia sebagai individu yang cerdas terhadap masalah-masalah pendidikan apalagi keadilan sosial..
Hal itu pulalah menyebabkan dirinya menjadi orang yang tidak mau protokoler apalagi menjadi orang controversial apalagi untuk dipuji sebelum diuji. Yesri Elfis Hasugian STh sebagai nama lengkapnya, dimasa-masa remajanya selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Tetapi cita-cita itu gagal karena minusnya ilmu matematika dan ilmu hitung sesuai dengan ajaran ibunya yang hanya menonjolkan masalah religius.
Buktinya, walaupun usianya masih tergolong muda pada saat itu, sudah pernah mencalonkan diri menjadi Pembimas Agama Kristen di Wilayah Riau. Tetapi nasib masih berpihak kepada Yusuf Surubakti SPak menciptakannya semakin alot dan kuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sebagai bukti konkrit tentang kualitasnya, beberapa tahun kemudian tepatnya 29 Feberuari 2012 dia dilantik menduduki kursi kepemimpinan di Kantor Pembimas Agama Kristen Protestan Wilayah Riau.
Semenjak dia menduduki jabatan yang baru itu, pria berpenampilan sederhana ini mengatakan, “kita akan mengajak teman-teman Kristiani untuk menghidupkan kembali sebuah pandangan bahwa gereja itu dapat melahirkan ilmu dan moral menuju kedamaian dan kerukunan. Sebab belakangan ini telah banyak dari kaum pemuda hanya memiliki embel-embel Kristen KTP. Misalnya, cara berdoa walaupun melalui bahasa ibunya sendiri masih tergolong doa hafalan. Jika gereja tidak cepat mengantisipasi mental tersebut, bisa jadi mental anak-anak sekarang tidak dapat diaplikasikan. Maka segala pengajaran yang diberikan oleh hamba-hamba Tuhan maupun para guru agama di sekolah, kita kawatir mental anak-anak kita pasti akan menuju mental odong-odong kelak,” ungkapnya kepada Tabloid Horas, Selasa, (2/10) di ruang kerjanya.
Menanggapi singkronisasi hubungan para pendeta dengan pajabat di kantor agama sudah hampir tergolong terputus, Elfis Hasugian menjawab “disitulah kelemahan kita selama ini. Sebenarnya pihak Depag bidang agama Kristen Protestan dalam waktu dekat akan turun ke gereja-gereja untuk melakukan silaturahmi kepada pengurus gereja. Tetapi mengingat tugas sudah menumpuk di atas meja ditambah jumlah tenaga staf yang sangat minim, membuat kami belum dapat melakukan berbagai kunjungan ke gereja-gereja,” kata Elfis.
Memang, kata Elfis, dia sangat memahami apa yang diinginkan jemaat Kristen di Provinsi Riau. Tetapi semua rencana baik itu harus memiliki proses. Dari proses itulah cepat atau lambat akan memberikan solusi yang terbaik. Pada logikanya harus saling memahami dan memaklumi segala keterbatasan. Apalagi Negara yang kita cinta ini adalah Negara hukum yang taat kepada peraturan membuat kita tidak dapat berbuat dengan semena-mena.
Harus kita akui, lanjutnya, ajaran Kristen adalah ajaran yang selalu mentaati hukum dan peraturan. Atas ketaatan itulah kedamaian dan kerukunan antar sesama apalagi antar umat beragama dapat terwujud.
“Asa balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan, ari ni halak Kristen do ingkon gabe asalma olo masipaolo-oloan. Ai ro Tuhanta Jesus tu portibion mamboan dame do. Molo soadong be di hita dame i, antong halak parise nama hita annon didok halak sileban,” kata Elfis mengakhiri wawancaranya dengan wartawan Tabloid Horas. (M. Sihotang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar