“Dimulai dari Onan Raja Balige ke Gurgur sampai ke Si- lindung terus ke Pahae, Sibolga, Sipirok, Padang Sidimpuan Tapanuli Selatan dan tanah rantau termasuk ke Pekanbaru”
Sesuai dengan informasi yang diperoleh tim sejarah dari Ompu Jaya Hasibuan atau Ama Roma yang tinggal di Desa Sigaol Timur Kecamatan Uluan Kabupaten Tobasa bahwa Raja Sobu pada awalnya bertempat tinggal di Onan Raja Balige, persisnya adalah di lokasi Rumah Sakit Umum HKBP Balige yang sekarang.
Tim sejarah pun meluncur ke Balige dan melakukan pemotretan terhadap kawasan Rumah Sakit Umum HKBP Balige, Senin, 28 Maret 2011. Setelah itu tim meluncur ke Gurgur yaitu Desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan Tobasa. Tim singgah di Gurgur melakukan pemotretan kawasan Gurgur. Ketika tim memandang ke arah Tao Toba dari tempat pemandangan Adian Nalambok terlihat sebuah pemandangan indah.
Menurut cerita, di Desa Gurgur Aek Raja inilah Raja Toga Sitompul bertempat tinggal dan hidup bersama masyarakat disana. Dia kawin dengan seorang putri yang cantik jelita namanya Bunga Marsondang Boru Siregar. Begini ceritanya. Suatu ketika, Raja Toga Sitompul sedang santai duduk di atas pohon sambil menikmati indahnya kawasan gunung dan Tao Toba. Dalam hatinya dia berdoa dan meminta kepada Ompu Mulajadi Nabolon agar ditunjukkan seorang putri atau gadis untuk dijadikan istri agar hidupnya tidak kesepian.
Ketika sadar dari alam angan-angannya, dia melihat ke bawah (dari atas pohon) muncul sebuah bunga yang sangat cantik dan mengeluarkan cahaya putih. Dalam bahasa batak : Bunga na bontar i na binereng nai marsinondang mansai uli. Dia pun turun dari atas pohon hendak memetik bunga nan cantik jelita itu. Ketika dia hendak memetik bunga itu, ternyata bunga tersebut adalah seorang gadis cantik yang tidak ada tandingannya. Mereka pun saling berkenalan dan terjadilah hubungan cinta. Gadis tersebut akhirnya menjadi istrinya dan namanya disebut Bunga Marsondang. Terakhir diketahui Bunga Marsondang adalah Boru Siregar.
Dari hasil pernikahan Raja Toga Tompul dengan Bunga Marsondang dikaruniai satu orang anak yaitu Hobolbatu. Bunga Marsondang sangat sayang terhadap anaknya Hobolbatu. Semua ilmu yang dimiliki Bunga Marsondang diturunkan kepada anaknya. Dan setelah besar Hobolbatu pun dikawinkan.
Istri Hobolbatu ada dua orang yaitu yang pertama Boru Sinaga dan istri kedua Boru Situmorang. Dari istri pertama Boru Sinaga lahir dua orang anak yaitu Sabar Dilaut (Lumbantoruan) dan Handang Dilaut (Lumbandolok).
Dari istri kedua Boru Situmorang lahir tiga anak. Anak pertama adalah Sabuk Nabegu (Siringkiron). Anak kedua lahir seorang anak perempuan namanya Mariana. (Dikenal sebagai Boru Tompul Sopurpuron) dan anak ketiga adalah Lintong Ditao (Sibange-bange).
Dari Gurgur, Ompu Hobolbatu dan keturunannya (pomparan) pindah ke arah Rura Silindung bersamaan dengan marga lain seperti Naipospos dan Sihombing. Mereka berjalan kaki menelusuri lereng bukit barisan menuju Rura Silindung. Pertama kali mereka singgah di Hutabarat. Bukti sejarah menunjukkan bahwa di Hutabarat Tarutung terdapat sebuah perkampungan bernama Huta Sitompul dan sekarang ini masih terdapat disana sebuah rumah marga Sitompul. Dari Hutabarat sebagian pomporan sitompul pindah ke Lumban Siagian dan terakhir di Simalailai yang sekarang dikenal Desa Sitompul. Ketika mereka sampai di Tarutung Rura Silindung yang berkusa waktu itu adalah Guru Mangaloksa dan keturunnnya.
Keturunan marga sitompul tinggal di Tarutung tepatnya Desa Sitompul (sekarang). Sabar Dilaut membangun rumah di daerah bagian bawah (disebut Lumban Toruan) dan Handang Dilaut membangun rumah di bagian atas (Lumban Dolok) dan Lintong Ditao membangun rumah di daerah Bange-bange (makanya disebut Sibange-bange) dan Sabuk Nabegu tinggal di bibir gua dan dia selalu dikunjungi oleh abang dan adeknya. Makanya disebut daerah Sitingkiron dan menjadi Siringkiron.
Sejak itulah Sabar Dilaut selalu dipanggil Sitompul Lumban Toruan, Hangdang Dilaut dipanggil Sitompul Lumban Dolok, Sabuk Nabegu dipanggil Sitompul Siringkiron dan Lintong Ditao dipanggil Sitompul Sibange-bange.
Ketika tim sejarah turun ke desa Sitompul, Ompu Dorkas Sitompul yang lahir di Desa Sitompul dan kini masih tinggal disana menunjukkan letak wilayah Lumban Toruan, wilayah Lumban Dolok, wilayah Siringkuron dan wilayah Sibange. Semuanya masih di wilayah Desa Sitompul yang sekarang.
Bahkan menurut Ompu Dorkas Sitompul, diatas Desa Sitompul, terdapat bukit (tombak) milik masing-masing. “Sebelah sana adalah tombak ni Lumbantoruan, sebelah sana lagi tombak ni Lumban Dolok, sebelah situ tombak ni Siringkiron dan sebelah yang itu tombak ni Sibange-bange, katanya menjelaskan sambil menunjuk bukit yang ada di atas desa tersebut. Dijelaskan, ketika pada awalnya tinggal di Desa Sitompul, selain wilayah untuk tempat tinggal juga mereka mewarisi ‘tombak’ (bukit). “Waktu kecil saya masih ingat, kami anak-anak pergi ke ‘tombak’ untuk mencari kayu bakar. Dan hingga sekarang tidak ada marga lain yang mengaku ‘tombak’ tersebut selain sitompul,” kata HP Sitompul anak dari Ompu Dorkas.
Disanalah mereka tinggal dan berketurunan. Sementara itu, Ompu Hobolbatu terus menelusuri gunung, lembah dan gunung sampai ke Luat Pahae, terus ke Sipirok, Padang Sidimpuan dan Gunungtua. Di daerah-daerah tersebut dia melihat bahwa ada kehidupan. Dia pun kembali ke Tarutung dan menceritakan bahwa di daerah yang dia jalani ada kehidupan baru yang lebih baik. Dia pun menyuruh pomparannya kesana membuka lahan pertanian.
Demikianlah tahun demi tahun, keturunan Sitompul yang ada di Tarutung hijrah secara pelan-pelan ke Luat Pahae dan daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Mereka menelusuri lereng gunung sampai ke daerah Pahae. Namun ada yang terus melanjutkan perjalanan sampai ke Sipirok dan Padang Sidempuan Tapanuli Selatan. Dari Luat Pahae ada yang turun lewat gunung dan lembah sampai ke Sibolga Tapanuli Tengah. Dari Tarutung ada juga yang merantau ke Laguboti yaitu Ompu Jarangar anak kelima dari Datumanggiling.
Karena kehidupan di Pahae jauh lebih menjanjikan daripada di Rura Silindung, maka keturunan sitompul yang ada di Tarutung hijrah setelah mendengar bahwa saudara-saudaranya sudah banyak yang berhasil di Pahae. Sampai generasi ke 8 (nomor 8 dari Raja Toga Sitompul pada tarombo) masih banyak yang hijrah ke Pahae. Disaat itu terjadi perang Padri dan perang Bonjol.
Lumban Toruan
Ompu Lumban Toruan mempunyai satu orang anak yaitu Raja Imbak Sahunu. Raja Imbak Sahunu punya dua anak yaitu Namora Sande Tua dan Baliga Raja. Anak dari Namora Sande Tua tiga orang yaitu Namora Naga Timbul, Namora Banuaji dan Namora Batu Mundom (keturunannya kini ada di Silindung).
Anak dari Namora Banuaji dua orang yaitu Sutan Maimatua dan Sutan Bodiala. Keturunan Sutan Maimatua ada tiga orang yaitu Lias Raja, Sampang Raja dan Jompak Raja. Ompu Lias Raja pergi ke Sibolga, Sampang Raja ke Janji Maria Pahae dan Jompak Raja pergi ke Sipirok. (Dalam buku Tarombo nomor urut 8 dari Raja Toga Sitompul).
Lumban Dolok
Ompu Lumban Dolok punya dua orang anak yaitu Saur Ni Aji dan Martangga Ni Batu. Anak dari Martangga Ni Batu tiga orang yaitu Tuan Nagani (Pergi ke Sigurung-gurung Pahae), Ompu Ni Guguan (tinggal di Silindung) dan Datu Goga. Anak dari Tuan Nagani empat orang yaitu Ompu Manggontang (keturunannya tinggal Pahae), Ompu Birong (Keturunannya ada yang pergi ke Sibolga), Ompu Panigoni (Keturunannya ada yang pergi Sidimpuan) dan Ompu Rori (keturunannya tetap tinggal Pahae).
Anak dari Ompu ni Guguan tiga orang yaitu Baha Raja, Parbalatuk Tunggal dan Buntul Mata. Anak dari Baha Raja tiga orang yaitu Ompu Partungkoan, Ompu Solopoan dan Raja Partahian. Anak dari Raja Partahian dua orang yaitu Ompu Lamak dan Naga Timbul (pergi ke Batu Nadua Sidimpuan). Ompu Lamak kawin dengan Boru Siagian dan mempunyai dua anak yaitu Ama ni Batu Lamak (Pergi ke Pahae dan kawin dengan Boru Sigurung -gurung di Pahae) dan Ompu Partahian (tinggal di Silindung dan kawin dengan Boru Nainggolan).
Siringkiron
Ompu Siringkiron anaknya hanya satu yaitu Ompu Mangarerak. Anak dari Ompu Mangarerak juga satu yaitu Ompu Sotargomar. Dan anak dari Ompu Sotargomar ada tiga orang yaitu Ompu Singgar Diaji, Ompu Panggalang dan Ompu Tinsut.
Sesuai dengan Tarombo Siringkiron, Ompu Singgar Diaji merantau ke Madina Tapanuli Selatan dan mereka telah membuka perkampungan (huta) disana. Sementara keturunan Ompu Panggalang sebagian merantau ke Janji Angkola dan Tapanuli Tengah dan sebagian lagi tinggal di Silindung. Dan keturunan Ompu Tinsut ada yang tinggal di Pahae dan sebagian merantau ke Janji Angkola dan Sipirok Tapanuli Selatan.
Sibange-bange
Ompu Sibange-bange mempunyai tiga anak yaitu Sariburaja, Datu Manggiling dan Raja Tinaruan.
Saribu Raja
Anak dari Saribu Raja enam orang yaitu Tuan Saur, Ompu Pangarisan, Namora Batu Mundom, Ompu Ni Anggara, Daruhan Lombang dan Sampulu Tua. Keturunan dari Ompu Saribu Raja pada awalnya sebagian besar sudah pergi ke Pahae.
Datu Manggiling
Anak kedua dari Ompu Sibangebange adalah Datu Manggiling. Tarombo Datu Manggiling ada dua versi tentang jumlah anaknya. Ada yang menyebut bahwa anak dari Datu Manggiling ada lima yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Ompu Soripada, Datu Mira dan Jarangar. Keturunan dari Jarangar ada dua orang yaitu Patuan Jonang dan Guru Tinandang (Datu Tandang) yang membuka perkampungan (huta) di Huta Tinggi Laguboti. Dari Huta Tinggi Laguboti anaknya yang kedua Guru Tinandang pergi ke daerah Porsea dan membuka perkampungan disana dan mereka menyebut Lumban Masopang.
Satu versi lain mengatakan bahwa anak dari Datu Manggiling ada empat orang yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Mata Mira dan Dasopang. Menurut Ompu Moses Sitompul Ompu Soripada adalah keturunan dari Namora Hussus. Ompu Soripada merantau dari Pahae ke Sibolga dan dari Sibolga datang ke Lumban Siagian Silindung dan membuka perkampungan disana.
Ompu Moses Sitompul mengatakan anak dari Namora Hussus ada tiga orang. dan anak dari Tuan Boksa yang tinggal di Simata ni Ari Pahae anaknya satu orang yaitu Raja Birong. Anak dari Raja Birong dua orang yaitu Ompu Jau dan Ompu Burju. Keturunan dari Ompu Jau sampai sekarang tinggal di Simata ni Ari Pahae dan keturunan dari Ompu Burju tinggal di Sibaganding.
Raja Tinaruan
Anak ketiga dari Sibange-bange yaitu Raja Tinaruan tidak tinggal diam. Dia pun ikut hijrah ke dareah Pahae. Pertama kali dia tiba di Simardangiang. Dia kawin disana dan mempunyai dua anak. Yang pertama Namora Batu Mundom dan anak kedua Tuan Nagani.
Anak kedua Tuan Nagani meninggalkan Simardangiang melintasi pegunungan dan tiba di Aek Matio. Dari sana turun ke Adian Rahot (Adiankoting). Di Adian Rahot Ompu Tuan Nagani membuka perkampungan. Anaknya ada dua yaitu Ompu ni Gaga dan Ompu Matio.
Ompu ni Gaga mempunyai empat orang anak, yang pertama Lemlem (kembali ke Simardangiang Pahae). Anak kedua Bauk (tinggal di Adiankoting sampai sekarang). Anak ketiga Ompu Debata (tinggal di Adian Rahot) dan anak ke empat Lumbot (pergi merantu ke Barumun Tapanuli Selatan.
Ompu Debata yang tinggal di Adian Rahot mempunyai dua anak yaitu Ompu Marbona (tinggal di Pagaran Pisang) dan Ompu Raja Sina tetap tinggal di Adian Rahot. Ompu Raja Sina mempunyai empat anak. Yang pertama Ompu Tunggal ni Huta (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak kedua Ompu Hondi (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak ketiga Ompu Harutur pergi Soposaba (masih kecamatan Adiankoting) dan anak ke empat Ompu Rumipa kembali ke Pahae.
Sampai ke Tanah Rantau
Kini marga sitompul sudah berserak ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia baik dari Silindung Tarutung, dari Luat Pahae dan dari Sibolga Tapanuli Tengah. Bahkan sudah ada yang tinggal menetap di luar negeri.
Marga Sitompul sama dengan marga lainnya suka merantau ke kota besar. Alasan merantau diantaranya sekolah dan mencari kerja. Daerah tempat merantau diantaranya Pematang Siantar, Medan, Jakarta, Surabaya, Duri, Pekanbaru dan daerah lainnya. Marga Sitompul hampir sudah ada di setiap provinsi di Indonesia.
Sudah banyak marga sitompul yang berhasil, diantaranya ada yang menjadi Menteri, Kapolda, Hakim, Jaksa, Pengacara beken, anggota DPR RI, Pengusaha dan jabatan penting lainnya di Indonesia.
Bahkan ada marga sitompul yang pernah memegang jabatan Menteri yaitu Ir Mananti Sitompul yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan dimasa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1948.
Penyakit Kolera
Menurut cerita yang didapat Sihol Sitompul, pada awalnya, pomparan Sitompul sudah merantau ke Pahae, tapi perpindahan besar-besaran (eksodus) terjadi ketika daerah Tapanuli mengalami penyakit Kolera. Penyakit Kolera ini terjadi ketika perang Padri. Ribuan orang tewas mengenaskan akibat perang dan tergelatak begitu saja di kampung-kampung, di jalanan dan ada yang dibuang begitu saja. Mayat membusuk mengakibatkan bau busuk. Muncullah penyakit kolera yang mengakibatkan kematian.
Melihat situasi dan kondisi demikian, maka banyak masyarakat yang meninggalkan Rura Silindung. Khusus marga sitompul, mereka pergi ke Pahae menemui saudara-saudaranya yang sudah terlebih dahulu merantau ke daerah tersebut. Dari Luat Pahae, sebagian dari mereka berangkat ke Sibolga, ke Adiankoting, ke Sipirok dan daerah lain.*
(Drs. PH. Sitompul - Dikutip secara utuh dari Buku Sejarah Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Pekanbaru Sekitarnya).
Sesuai dengan informasi yang diperoleh tim sejarah dari Ompu Jaya Hasibuan atau Ama Roma yang tinggal di Desa Sigaol Timur Kecamatan Uluan Kabupaten Tobasa bahwa Raja Sobu pada awalnya bertempat tinggal di Onan Raja Balige, persisnya adalah di lokasi Rumah Sakit Umum HKBP Balige yang sekarang.
Tim sejarah pun meluncur ke Balige dan melakukan pemotretan terhadap kawasan Rumah Sakit Umum HKBP Balige, Senin, 28 Maret 2011. Setelah itu tim meluncur ke Gurgur yaitu Desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan Tobasa. Tim singgah di Gurgur melakukan pemotretan kawasan Gurgur. Ketika tim memandang ke arah Tao Toba dari tempat pemandangan Adian Nalambok terlihat sebuah pemandangan indah.
Menurut cerita, di Desa Gurgur Aek Raja inilah Raja Toga Sitompul bertempat tinggal dan hidup bersama masyarakat disana. Dia kawin dengan seorang putri yang cantik jelita namanya Bunga Marsondang Boru Siregar. Begini ceritanya. Suatu ketika, Raja Toga Sitompul sedang santai duduk di atas pohon sambil menikmati indahnya kawasan gunung dan Tao Toba. Dalam hatinya dia berdoa dan meminta kepada Ompu Mulajadi Nabolon agar ditunjukkan seorang putri atau gadis untuk dijadikan istri agar hidupnya tidak kesepian.
Ketika sadar dari alam angan-angannya, dia melihat ke bawah (dari atas pohon) muncul sebuah bunga yang sangat cantik dan mengeluarkan cahaya putih. Dalam bahasa batak : Bunga na bontar i na binereng nai marsinondang mansai uli. Dia pun turun dari atas pohon hendak memetik bunga nan cantik jelita itu. Ketika dia hendak memetik bunga itu, ternyata bunga tersebut adalah seorang gadis cantik yang tidak ada tandingannya. Mereka pun saling berkenalan dan terjadilah hubungan cinta. Gadis tersebut akhirnya menjadi istrinya dan namanya disebut Bunga Marsondang. Terakhir diketahui Bunga Marsondang adalah Boru Siregar.
Dari hasil pernikahan Raja Toga Tompul dengan Bunga Marsondang dikaruniai satu orang anak yaitu Hobolbatu. Bunga Marsondang sangat sayang terhadap anaknya Hobolbatu. Semua ilmu yang dimiliki Bunga Marsondang diturunkan kepada anaknya. Dan setelah besar Hobolbatu pun dikawinkan.
Istri Hobolbatu ada dua orang yaitu yang pertama Boru Sinaga dan istri kedua Boru Situmorang. Dari istri pertama Boru Sinaga lahir dua orang anak yaitu Sabar Dilaut (Lumbantoruan) dan Handang Dilaut (Lumbandolok).
Dari istri kedua Boru Situmorang lahir tiga anak. Anak pertama adalah Sabuk Nabegu (Siringkiron). Anak kedua lahir seorang anak perempuan namanya Mariana. (Dikenal sebagai Boru Tompul Sopurpuron) dan anak ketiga adalah Lintong Ditao (Sibange-bange).
Dari Gurgur, Ompu Hobolbatu dan keturunannya (pomparan) pindah ke arah Rura Silindung bersamaan dengan marga lain seperti Naipospos dan Sihombing. Mereka berjalan kaki menelusuri lereng bukit barisan menuju Rura Silindung. Pertama kali mereka singgah di Hutabarat. Bukti sejarah menunjukkan bahwa di Hutabarat Tarutung terdapat sebuah perkampungan bernama Huta Sitompul dan sekarang ini masih terdapat disana sebuah rumah marga Sitompul. Dari Hutabarat sebagian pomporan sitompul pindah ke Lumban Siagian dan terakhir di Simalailai yang sekarang dikenal Desa Sitompul. Ketika mereka sampai di Tarutung Rura Silindung yang berkusa waktu itu adalah Guru Mangaloksa dan keturunnnya.
Keturunan marga sitompul tinggal di Tarutung tepatnya Desa Sitompul (sekarang). Sabar Dilaut membangun rumah di daerah bagian bawah (disebut Lumban Toruan) dan Handang Dilaut membangun rumah di bagian atas (Lumban Dolok) dan Lintong Ditao membangun rumah di daerah Bange-bange (makanya disebut Sibange-bange) dan Sabuk Nabegu tinggal di bibir gua dan dia selalu dikunjungi oleh abang dan adeknya. Makanya disebut daerah Sitingkiron dan menjadi Siringkiron.
Sejak itulah Sabar Dilaut selalu dipanggil Sitompul Lumban Toruan, Hangdang Dilaut dipanggil Sitompul Lumban Dolok, Sabuk Nabegu dipanggil Sitompul Siringkiron dan Lintong Ditao dipanggil Sitompul Sibange-bange.
Ketika tim sejarah turun ke desa Sitompul, Ompu Dorkas Sitompul yang lahir di Desa Sitompul dan kini masih tinggal disana menunjukkan letak wilayah Lumban Toruan, wilayah Lumban Dolok, wilayah Siringkuron dan wilayah Sibange. Semuanya masih di wilayah Desa Sitompul yang sekarang.
Bahkan menurut Ompu Dorkas Sitompul, diatas Desa Sitompul, terdapat bukit (tombak) milik masing-masing. “Sebelah sana adalah tombak ni Lumbantoruan, sebelah sana lagi tombak ni Lumban Dolok, sebelah situ tombak ni Siringkiron dan sebelah yang itu tombak ni Sibange-bange, katanya menjelaskan sambil menunjuk bukit yang ada di atas desa tersebut. Dijelaskan, ketika pada awalnya tinggal di Desa Sitompul, selain wilayah untuk tempat tinggal juga mereka mewarisi ‘tombak’ (bukit). “Waktu kecil saya masih ingat, kami anak-anak pergi ke ‘tombak’ untuk mencari kayu bakar. Dan hingga sekarang tidak ada marga lain yang mengaku ‘tombak’ tersebut selain sitompul,” kata HP Sitompul anak dari Ompu Dorkas.
Disanalah mereka tinggal dan berketurunan. Sementara itu, Ompu Hobolbatu terus menelusuri gunung, lembah dan gunung sampai ke Luat Pahae, terus ke Sipirok, Padang Sidimpuan dan Gunungtua. Di daerah-daerah tersebut dia melihat bahwa ada kehidupan. Dia pun kembali ke Tarutung dan menceritakan bahwa di daerah yang dia jalani ada kehidupan baru yang lebih baik. Dia pun menyuruh pomparannya kesana membuka lahan pertanian.
Demikianlah tahun demi tahun, keturunan Sitompul yang ada di Tarutung hijrah secara pelan-pelan ke Luat Pahae dan daerah Sipirok Tapanuli Selatan. Mereka menelusuri lereng gunung sampai ke daerah Pahae. Namun ada yang terus melanjutkan perjalanan sampai ke Sipirok dan Padang Sidempuan Tapanuli Selatan. Dari Luat Pahae ada yang turun lewat gunung dan lembah sampai ke Sibolga Tapanuli Tengah. Dari Tarutung ada juga yang merantau ke Laguboti yaitu Ompu Jarangar anak kelima dari Datumanggiling.
Karena kehidupan di Pahae jauh lebih menjanjikan daripada di Rura Silindung, maka keturunan sitompul yang ada di Tarutung hijrah setelah mendengar bahwa saudara-saudaranya sudah banyak yang berhasil di Pahae. Sampai generasi ke 8 (nomor 8 dari Raja Toga Sitompul pada tarombo) masih banyak yang hijrah ke Pahae. Disaat itu terjadi perang Padri dan perang Bonjol.
Lumban Toruan
Ompu Lumban Toruan mempunyai satu orang anak yaitu Raja Imbak Sahunu. Raja Imbak Sahunu punya dua anak yaitu Namora Sande Tua dan Baliga Raja. Anak dari Namora Sande Tua tiga orang yaitu Namora Naga Timbul, Namora Banuaji dan Namora Batu Mundom (keturunannya kini ada di Silindung).
Anak dari Namora Banuaji dua orang yaitu Sutan Maimatua dan Sutan Bodiala. Keturunan Sutan Maimatua ada tiga orang yaitu Lias Raja, Sampang Raja dan Jompak Raja. Ompu Lias Raja pergi ke Sibolga, Sampang Raja ke Janji Maria Pahae dan Jompak Raja pergi ke Sipirok. (Dalam buku Tarombo nomor urut 8 dari Raja Toga Sitompul).
Lumban Dolok
Ompu Lumban Dolok punya dua orang anak yaitu Saur Ni Aji dan Martangga Ni Batu. Anak dari Martangga Ni Batu tiga orang yaitu Tuan Nagani (Pergi ke Sigurung-gurung Pahae), Ompu Ni Guguan (tinggal di Silindung) dan Datu Goga. Anak dari Tuan Nagani empat orang yaitu Ompu Manggontang (keturunannya tinggal Pahae), Ompu Birong (Keturunannya ada yang pergi ke Sibolga), Ompu Panigoni (Keturunannya ada yang pergi Sidimpuan) dan Ompu Rori (keturunannya tetap tinggal Pahae).
Anak dari Ompu ni Guguan tiga orang yaitu Baha Raja, Parbalatuk Tunggal dan Buntul Mata. Anak dari Baha Raja tiga orang yaitu Ompu Partungkoan, Ompu Solopoan dan Raja Partahian. Anak dari Raja Partahian dua orang yaitu Ompu Lamak dan Naga Timbul (pergi ke Batu Nadua Sidimpuan). Ompu Lamak kawin dengan Boru Siagian dan mempunyai dua anak yaitu Ama ni Batu Lamak (Pergi ke Pahae dan kawin dengan Boru Sigurung -gurung di Pahae) dan Ompu Partahian (tinggal di Silindung dan kawin dengan Boru Nainggolan).
Siringkiron
Ompu Siringkiron anaknya hanya satu yaitu Ompu Mangarerak. Anak dari Ompu Mangarerak juga satu yaitu Ompu Sotargomar. Dan anak dari Ompu Sotargomar ada tiga orang yaitu Ompu Singgar Diaji, Ompu Panggalang dan Ompu Tinsut.
Sesuai dengan Tarombo Siringkiron, Ompu Singgar Diaji merantau ke Madina Tapanuli Selatan dan mereka telah membuka perkampungan (huta) disana. Sementara keturunan Ompu Panggalang sebagian merantau ke Janji Angkola dan Tapanuli Tengah dan sebagian lagi tinggal di Silindung. Dan keturunan Ompu Tinsut ada yang tinggal di Pahae dan sebagian merantau ke Janji Angkola dan Sipirok Tapanuli Selatan.
Sibange-bange
Ompu Sibange-bange mempunyai tiga anak yaitu Sariburaja, Datu Manggiling dan Raja Tinaruan.
Saribu Raja
Anak dari Saribu Raja enam orang yaitu Tuan Saur, Ompu Pangarisan, Namora Batu Mundom, Ompu Ni Anggara, Daruhan Lombang dan Sampulu Tua. Keturunan dari Ompu Saribu Raja pada awalnya sebagian besar sudah pergi ke Pahae.
Datu Manggiling
Anak kedua dari Ompu Sibangebange adalah Datu Manggiling. Tarombo Datu Manggiling ada dua versi tentang jumlah anaknya. Ada yang menyebut bahwa anak dari Datu Manggiling ada lima yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Ompu Soripada, Datu Mira dan Jarangar. Keturunan dari Jarangar ada dua orang yaitu Patuan Jonang dan Guru Tinandang (Datu Tandang) yang membuka perkampungan (huta) di Huta Tinggi Laguboti. Dari Huta Tinggi Laguboti anaknya yang kedua Guru Tinandang pergi ke daerah Porsea dan membuka perkampungan disana dan mereka menyebut Lumban Masopang.
Satu versi lain mengatakan bahwa anak dari Datu Manggiling ada empat orang yaitu Namora Hussus, Tuan Boksa, Mata Mira dan Dasopang. Menurut Ompu Moses Sitompul Ompu Soripada adalah keturunan dari Namora Hussus. Ompu Soripada merantau dari Pahae ke Sibolga dan dari Sibolga datang ke Lumban Siagian Silindung dan membuka perkampungan disana.
Ompu Moses Sitompul mengatakan anak dari Namora Hussus ada tiga orang. dan anak dari Tuan Boksa yang tinggal di Simata ni Ari Pahae anaknya satu orang yaitu Raja Birong. Anak dari Raja Birong dua orang yaitu Ompu Jau dan Ompu Burju. Keturunan dari Ompu Jau sampai sekarang tinggal di Simata ni Ari Pahae dan keturunan dari Ompu Burju tinggal di Sibaganding.
Raja Tinaruan
Anak ketiga dari Sibange-bange yaitu Raja Tinaruan tidak tinggal diam. Dia pun ikut hijrah ke dareah Pahae. Pertama kali dia tiba di Simardangiang. Dia kawin disana dan mempunyai dua anak. Yang pertama Namora Batu Mundom dan anak kedua Tuan Nagani.
Anak kedua Tuan Nagani meninggalkan Simardangiang melintasi pegunungan dan tiba di Aek Matio. Dari sana turun ke Adian Rahot (Adiankoting). Di Adian Rahot Ompu Tuan Nagani membuka perkampungan. Anaknya ada dua yaitu Ompu ni Gaga dan Ompu Matio.
Ompu ni Gaga mempunyai empat orang anak, yang pertama Lemlem (kembali ke Simardangiang Pahae). Anak kedua Bauk (tinggal di Adiankoting sampai sekarang). Anak ketiga Ompu Debata (tinggal di Adian Rahot) dan anak ke empat Lumbot (pergi merantu ke Barumun Tapanuli Selatan.
Ompu Debata yang tinggal di Adian Rahot mempunyai dua anak yaitu Ompu Marbona (tinggal di Pagaran Pisang) dan Ompu Raja Sina tetap tinggal di Adian Rahot. Ompu Raja Sina mempunyai empat anak. Yang pertama Ompu Tunggal ni Huta (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak kedua Ompu Hondi (pulang ke Pahae tinggal di Jonggi), anak ketiga Ompu Harutur pergi Soposaba (masih kecamatan Adiankoting) dan anak ke empat Ompu Rumipa kembali ke Pahae.
Sampai ke Tanah Rantau
Kini marga sitompul sudah berserak ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia baik dari Silindung Tarutung, dari Luat Pahae dan dari Sibolga Tapanuli Tengah. Bahkan sudah ada yang tinggal menetap di luar negeri.
Marga Sitompul sama dengan marga lainnya suka merantau ke kota besar. Alasan merantau diantaranya sekolah dan mencari kerja. Daerah tempat merantau diantaranya Pematang Siantar, Medan, Jakarta, Surabaya, Duri, Pekanbaru dan daerah lainnya. Marga Sitompul hampir sudah ada di setiap provinsi di Indonesia.
Sudah banyak marga sitompul yang berhasil, diantaranya ada yang menjadi Menteri, Kapolda, Hakim, Jaksa, Pengacara beken, anggota DPR RI, Pengusaha dan jabatan penting lainnya di Indonesia.
Bahkan ada marga sitompul yang pernah memegang jabatan Menteri yaitu Ir Mananti Sitompul yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan dimasa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1948.
Penyakit Kolera
Menurut cerita yang didapat Sihol Sitompul, pada awalnya, pomparan Sitompul sudah merantau ke Pahae, tapi perpindahan besar-besaran (eksodus) terjadi ketika daerah Tapanuli mengalami penyakit Kolera. Penyakit Kolera ini terjadi ketika perang Padri. Ribuan orang tewas mengenaskan akibat perang dan tergelatak begitu saja di kampung-kampung, di jalanan dan ada yang dibuang begitu saja. Mayat membusuk mengakibatkan bau busuk. Muncullah penyakit kolera yang mengakibatkan kematian.
Melihat situasi dan kondisi demikian, maka banyak masyarakat yang meninggalkan Rura Silindung. Khusus marga sitompul, mereka pergi ke Pahae menemui saudara-saudaranya yang sudah terlebih dahulu merantau ke daerah tersebut. Dari Luat Pahae, sebagian dari mereka berangkat ke Sibolga, ke Adiankoting, ke Sipirok dan daerah lain.*
(Drs. PH. Sitompul - Dikutip secara utuh dari Buku Sejarah Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Pekanbaru Sekitarnya).
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjadi sitompul yang merantau ke porsea thu Guru Tinandang (Datu Tandang) yya bang ?
BalasHapusjadi appara tahu silsilah turunan saur ni aji??
BalasHapusthanks ea sebelum nya,krn aq kurang faham silsilah q sendiri
bang, mita izin ya bang, boleh aku copy tulisan ini bang, untuk dimasukkan ke blog aku bang.
BalasHapussitompul.webnode.com
Maaft terlembat membalasnya. Silahkan, asal dibuat penulisnya.
Hapushoras pinoppar ni sitompul :
Hapusbagi-bagi informasi bisa.
aku sitompul lumban toruan no17 kata nya dari pahae, skarang tinggal di sibolga.
saya mau tanya, kalau silaen dan sitompul Lumbandolok apa boleh menikah? kalau dari sejarah yang satu rahim dengan sitompul adalah tampubolon dan sitompul sibange-bange. mohon pendapatnya.terima kasih.
BalasHapusbertha :gak lahh...pra.. mari to kalian
BalasHapusAlhamdulillah, saya jadi tau silsilah tarombo Sitompul bange bange ,,
BalasHapusKenapa diberi nama sitompul & apa artinya?
BalasHapusKalau boleh usul. Tarombo nya tidak berhenti di situ saja. Mari kita lanjutkan lagi ke bawah sampai ke generasi sekarang (nomor 18)
BalasHapusTerima kasih infonya bang..tapi saya msh ingin mencari silsilah sitompul lumban toruan yg hijrah ke sipirok bang..bisa dibantu bang..makasih seblumnya
BalasHapusSipayung sama sitompul boleh nikah gak ?
BalasHapusThanks ea bng dengan ini saya jdi tau tarombo sitompul
BalasHapusHemm horas la dri aku...
BalasHapusparpagaran pisang.... sada do hita sitompul
BalasHapusparpagaran pisang.... sada do hita sitompul
BalasHapushoras
BalasHapusSiregar sama sitompul boleh nikah??
BalasHapusJadi kalo sekarang siregar sama sitompul boleh nikah atau nggk?
BalasHapusHoras. au sitompul lbn dolo no 16.. dan silsilah sitompul lbn dolok ada ditulis dirumah..
BalasHapusHoras. au sitompul lbn dolo no 16.. dan silsilah sitompul lbn dolok ada ditulis dirumah..
BalasHapusHoraas,
BalasHapusAu sitompul bange" no 16,
Trimokasi wawasan nai,
Gara" nion hu bto ma sna djia margaku berasal.
Apakah sitompul tidak bisa menikah dengan marga sembiring? Tolong kasi jawaban yg pasti
BalasHapusHoras madihita marga sitompul, ia au sitompul bangebange no 15 tinggal di medan. Parmisi jo ketua hu copi silsilah margattaon ate asa binaen di fb
BalasHapusHoras madihita marga sitompul, ia au sitompul bangebange no 15 tinggal di medan. Parmisi jo ketua hu copi silsilah margattaon ate asa binaen di fb
BalasHapusHoras saya sitompul sibangebange no 16 tinggal diduri
BalasHapusHoras, saya sitompul lumban toruan,sutan maimatua, lias raja dan saya generasi ke 16 berdasarkan tarombo saya.
BalasHapusHoras ..saya sitompul bange bange, Raja tinaruan nmor 18
BalasHapusHoras horas
Aku jg si bange bange nih
BalasHapusAku jg si bange bange nih
BalasHapusAku jga sibangebange
HapusHoras abanganda... saya marga Dasopang turunan Datu Tinandang dari Lumban Masopang Porsea. Kami sdh berkunjung ke sana 02Jan 2017. Kami berencana mangungkal holi Datu Tandang dan ingin membuat Tambak Datu Tandang Masopang. Tolong kami mauminta izin sama pengurus Toga Sitompul.tks
BalasHapusIzin abanganda... kami turunan Datu Tandang.anaknya 2 lahir di Lumban Masopang yakni Datu Debata dan Datu Sandean, selanjutnya Datu Tandang hizrah ke Angkola(Paluta Banualahi/Sipiongot). Disana lahir 5 orang anaknya. Ompu Ijuk Dasopang, Napitu Geduk Dasopang , Halihibangar Dasopang, Tabu jongok Dasopang dan Taburauti Dasopang. Kami keturunan Taburauti Dasopang yg ke 8.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusDimana kampung/hutanya /asal.....
HapusKahanggi Humalaputra Dasopang, Kami ini keturunan oppu tabu jongok asal desa hambulo kec. Halongonan kab. Paluta, tinggal di kota medan kalau boleh kirim nomor wa kahanggi ke kita untuk tukar nenukar imformasi, tks....
HapusHoras, saya sitompul lumbantoruan no 16, opungku asal huta buttul siboga merantau ke sidimpuan.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAkhirnya saya tahu sejarah marga say
BalasHapusHoras dihamu dongan saboltok nami
BalasHapusSian hami pinopparni Tuan Sihubil
Hira nasoadong do di tulisanon hubunganna tu hami
Hape angka oppung nami mandok Sitompul Siraja Bangebabge nagabe dalan nami mardongan saboltok tu sitompul. Mohon penjelasan
Kedua saya mengapresiasi komentar dan marga Dasopang.
Mauliate malambok pusu
Horas appara...abu marga Tampubolon raja Siboro...Ra on holan patorang hon popparan raja Sitompul Anggi Doli raja Hasibuan Sian raja sobu...
HapusAlai Toho ma sukkun sukkun ni appara...Gabe sang Tarida goar ni oppung tahun Sian raja mata niari na mardongan saboltok tu Sitompul sibangebange bange..Gabe dang singkron be tu akka poda Sian oppu ta taringot tu marga Sitompul Ake...
Horas saluhut..
BalasHapusBoasa dang adong oppung tininjungan?
BalasHapusMolo so jelas urutanna gabe mago do tarombo nami
horas di hita saluhut.
BalasHapusau sitoppul l.dolok n.17
naeng manukhun songon dia sejarah ni toppul dhot tappubolom.
trims.
Stabi manukun au di hamu hahadoli nami sitompul dohot hasibuan namarhaha anggi sian Raja Sobu ,Raja Sobu 2 pinoparna:1 Raja Sitompul,2 Raja Hasibuan .syalom horas sian au Hasibuan Raja Marjalo 14 Sian bonapasogit sigaol toba samosir.
HapusSattabi Amanguda,.
BalasHapusDang adong huida di carita on hubnganna dohot Tampubolon na gabe SABOLTOK Tampubolon dohot Sitompul,.
Memang naso adongdo menurut hamu,.?!
Ijin share ya amang..
BalasHapusMauliatema Amang Drs. PH. Sitompul naung pajojorhon pardalanan ni Oppui Toga sitompul. Ahu Sitompul Lumban torun no 16 Lahir di Pahae jae huta Pagaran.
BalasHapusMolo namarhuta di Pagaran ima oppunami Sutan bodiala anggini Sutan Maimatua Anakni oppui Namora banuaji.
Sutanbodiala opat anakna:
1. Lampo Tua.
2. Pulungan Tua.
3. Barangan Tua.
4. Baganding Tua.
Pomparan ni oppuiBagandinnTua
adongdo na mamungk huta di Sibolga
Ima huta Aek godang jala adong do muse pompranna mulak tu Pagaran, sahat tu sadarion.
Maaf Amangda, hutambai saotik asa tarida hami pomparn ni oppui Sutan Bodiala namarhuta di Pagaran.
Horas hita Sitompul.
Salam ya tulang aku boru silalahi mami boru tompul sibange
BalasHapusSai hulului tarom sian op tininjungan dang adong,
BalasHapusMohon maaf, bisa di jelaskan silsilah keturunan dari namorabatumundom?
BalasHapusKrna saya lihat penjelasan ny gak ada
Saya sitompul sibangebange 17