Daftar Blog Saya

Rabu, 31 Juli 2013

Profil Sutiyoso


Letjen TNI (Purn) DR Hc Sutiyoso SH yang akrab dipanggil Bang Yos, dilahirkan tanggal 6 Desember 1944, sebagai anak keenam dari delapan bersaudara disebuah dusun kecil bernama Pongangan di daerah Perbukitan Jawa Tengah, sekitar 12 km dari kota Semarang. Kedua orang tuanya Tjitrodihardjo dan Sumini, memberikan nama Sutiyoso karena Yoso dalam bahasa Jawa bermakna memiliki atau kaya. Ayahandanya mengharapkan agar kelak anaknya dapat mempertahankan kemapanan kehidupan keluarga mereka, bahkan bias lebih baik lagi sesuai dengan tantangan zaman.


Ayah Sutiyoso yang seorang pendidik pada masa pemerintahan Belanda dan Jepang terkenal keras dalam mendidik anak-anaknya. Sutiyoso sendiri mempunyai sikap pemberontak seperti layaknya anak-anak kecil seusianya, namun ia selalu berbakti dan menuruti kemauan kedua orang tuanya. Pada Tahun 1964 sesuai kemauan orangtuanya ia mendaftar ke Fakultas Teknik Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag). Padahal sebenarnya Sutiyoso lebih memilih menjadi tentara seperti kakaknya yang masuk Tentara Pelajar.

Selama menjalani kuliah di Untag, keinginan untuk menjadi tentara semakin menggebu-gebu. Akibatnya iapun kuliah dengan setengah hati. Kebetulan pada saat itu ada pembukaan pendaftaran AMN (Akademi Militer Nasional) di Magelang, Jawa Tengah. Akhirnya ia membulatkan tekad dan mendaftarkan diri dan mengikuti tes AMN, mulai dari tingkat Kodam Diponegoro. Lolos ditingkat Kodam, ia menjalani tes lanjutan di Bandung dan terakhir di Lembang (Bandung bagia Utara). Semua tes dilakukan tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.

Tahun 1968 akhirnya Sutiyoso lolos sebagai Prajurit Taruna (Pratar). Sekembalinya ke Magelang, ia menyurati orang tuanya kalau ia diterima menjadi Pratar di AMN Magelang.
Pada tahun 1971 Sutiyoso diwisuda menjadi perwira muda TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Dua. Sutiyoso kemudian ditawari pilihan karir dan kesatuan yang diminatinya melalui penelusuran bakat dan kemampuan. Sutiyoso memilih kesatuan infanteri di angket yang disediakan, yaitu kesatuan tempur yang berada digaris depan.

Setelah menjadi Komandan Kompi dengan pangkat Kapten, Sutiyoso menikah dengan seorang gadis dari Jawa Tengah bernama Setyorini pada tahun 1974, dari buah perkawinan itu dikaruniai dua orang puteri yaitu Yessy Riana Dilliyanti dan Renny Yosnita Ariyanti.
Selain berbagai penugasan di daerah operasi, Sutiyoso juga sering dikirim mengikuti sekolah atau kursus diluar negeri, antara lain ke Republik Korea tahun 1982, Australia tahun 1989 dan ke negeri Paman Sam Amerika Serikat tahun 1991.

Pada tahun 1988 – 1992 ia menjabat Asisten Personil, Asisten Operasi, dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus. Sosoknya mulai mencuat saat terpilih sebagai komandan resimen terbaik se-Indonesia ketika menjabat Kepala Staf Kodam Jaya pada 1994. Prestasi yang digenggamnya itu kemudian ikut menghantarkannya pada jabatan Panglima Kodam Jaya dan jabatan tersebut adalah posisi sangat strategis dari seluruh Pangdam di Indonesia. Semasa menjadi panglima itu, namanya kian dikenal terutama lewat acara Coffee Morning. Acara tersebut digelar sebulan sekali, Sutiyoso berdiskusi dengan sesepuh dan tokoh masyarakat dalam kaitan dengan kemanan ibukota.

Jabatan Panglima Kodam Jaya tersebut menghantarkan Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta pada periode 1997-2002, berlanjut pada periode kedua tahun 2002-2007.
Pada tahun 2004, ia meluncurkan sistem angkutan massal dengan nama bus Trans Jakarta atau lebih populer disebut Busway sebagai bagian dari sebuah sistem transportasi baru kota. Setelah sukses dengan koridor I, dikembangkan ke koridor-koridor berikutnya. Ia juga mencetuskan mengembangkan sistem transportasi kota modern juga yaitu subway dan monorel.

Keberadaan Busway yang semula ditentang beberapa pihak terutamanya pengguna kendaraan pribadi lambat laun keberadaan Busway disambut baik oleh masyarakat karena dianggap lebih nyaman dari angkutan umum sejenis lainnya. Bukan hanya sebagai sarana transportasi perkotaan modern untuk angkutan missal saja, tetapi juga dapat berfungsi sebagai bus pariwisata kota.

Jabatan lain yang pernah diemban oleh Sutiyoso ialah Ketua Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) periode 2004-2008. Ia juga terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) untuk masa bakti 2006-2011.

Sutiyoso juga menerima beberapa penghargaan yaitu pada tahun 2006, ia menerima penghargaan 2006 Asian Air Quality Management Champion Award dari Clear Air Initiative for Asian Cities (CAI) bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta atas prestasinya untuk Gagasan pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) terbesar di Asia melalui Busway Penerbitan Perda No.2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Ia juga menerima gelar pahlawan pengelolaan kualitas udara di Asia diberikan dengan pertimbangan berhasil dalam mengembangkan akuntan umum Transjakarta (busway) yang mengurangi emisi gas kendaraan bermotor di Jakarta. Pembentukan fasilitas umum busway meniru sistem Bus Rapid Transportation (BRT) di Bogota (Kolombia) dan menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang mempunyai Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Perda No 2/2005).

Penghargaan serupa diberikan kepada Direktur Jenderal Pengendalian Polusi Departemen Lingkungan Hidup Thailand Supat Wangsongwatana, pengamat senior Lingkungan Hidup Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia Sara Stenhammar, dan seorang hakim di Lahore (Pakistan) Hamid Ali Shah.

Saat ini Sutiyoso menjabat Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP INDONESIA) masa bakti 2010-2015. *)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar