Andus Hutasoit dan Yonesri Situmeang |
TAHUN II | edisi 07 | 09 - 22 Jan 2013
Horas, Pekanbaru
Sinyal akan terjadinya gelombang perpecahan yang cukup besar di tengah masyarakat batak yang ada di Provinsi Riau akan terjadi. Ini berawal dari adanya dualisme kepemimpinan Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) Provinsi Riau.
IKBR yang satu adalah kubu Tumpal Hutabarat yang terpilih sebagai Ketua Umum pada Mubes yang dibentuk Viator Butarbutar Ketua IKBR periode 2007-2011. Sementara IKBR yang satu lagi adalah kubu Cornelius Barus yang terpilih sebagai ketua umum IKBR hasil Mubeslub IKBR yang diselenggarakan lima sub etnis batak ditambah IKBR kabupaten/kota.
Untuk menanggapi persoalan ini, seorang tokoh masyarakat batak Pekanbaru memberi komentar sekaligus pandangan dan himbauannya.
Andus Hutasoit alias Lompat termasuk salah seorang tokoh batak dan penggerak terbentuknya Ikatan Keluarga Batak di Kota Pekanbaru, sekarang dia masih memangku jabatan Ketua IKBR Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru.
Selama ini dia sangat peduli dengan keberadaan IKBR. Dia memberikan tenaga, waktu, pemikiran bahkan materi untuk mempertahankan nama IKBR.
Belakangan ini, kepercayaannya terhadap IKBR mulai luntur. Dia termasuk salah satu dari ratusan ribu warga Batak yang tinggal di Pekanbaru yang tidak setuju dengan adanya dualisme kepengurusan IKBR Provinsi Riau.
Sehubungan dengan terjadinya dualisme kepengurusan IKBR PRovinsi Riau akhir tahun 2012 lalu, Andus Hutasoit menyampaikan pandangan dan himbauan yang disampaikan kepada para penatua batak dan pengurus Punguan Parsahutaon/STM.
Berikut ini pandangan Andus Hutaoit terhadap dualisme kepengurusan IKBR Provinsi Riau yang disampaikan kepada penatua dan pengurus punguan Parsahutaon yang ada di Kota Pekanbaru.
Setelah melihat dan mengamati dinamika yang terjadi di organisasi Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) yang merupakan satu-satunya organisasi paguyuban terbesar yang berkedudukan di Provinsi Riau, dimana terjadinya dualisme kepemimpinan yang masing-masing mengklaim kebenarannya dengan mengatakan keabsahannya sesuai aturan masing-masing yang dipandang benar, Andus Hutasoit dan masyarakat batak secara keseluruhan menjadi bingung. Masyarakat bertanya-tanya, siapa sebenarnya pemimpin IKBR yang absah.
Berangkat dari kebingunan itu, Andus melihat adanya indikasi perpecahan dan bahkan sudah terjadi perpecahan yaitu adanya dua kubu. Masing-masing kubu membentuk kepengurusannya (Pengurus Pusat IKBR) dan melakukan konsolidasi ke kabupaten/kota untuk membentuk pengurus daerah IKBR. Ini sebuah kejadian yang tidak baik dan tidak terpuji yang dilakukan oleh para orang tua yang dianggap sebagai tokoh batak di Provinsi Riau.
Andus Hutasoit memprediksi akan terjadi gelombang perpecahan yang semakin besar bagi suku batak hingga ke daerah. Masing-masing kubu membangun kekuatan dan kekuasaan. Kedua kubu ini terlihat ada maksud akan memecahbelah kekuatan batak yang telah terbangun baik selama ini.
Menurutnya, nenek moyang batak (Ompunta sijolo-jolo tubu) tidak pernah mewariskan adanya tindakan-tindakan yang berupaya menceraiberaikan kesatuan bangso batak. Seperti umpasa “Balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan, arinta do gabe molo hita masipaolooloan”. “Ompu raja dijolo martungkothon sialagundi, angka nauli na tinonahonni angka ompunta siihuthonon ni hita na di pudi”.
Yang terjadi sekarang ini di tengah bangsa batak di Provinsi Riau sama sekali tidak mencerminkan roh kehidupan bangsa batak sesuai falsafah Batak.
Untuk itu,kata Andus Hutasoit, dengan cara apapun, kedua kubu ini diharapkan bersatu kembali. Masyarakat Batak yang ada di Provinsi Riau menginginkan IKBR menjadi satu kembali yang mampu mengayomi, memberikan contoh yang baik kepada masyarakat batak dan tidak terpecah untuk kepentingan kelompok tertentu.
Ini berarti, masyarakat batak peduli IKBR yang diprakarsai Andus Hutasoit mencoba sebagai penengah untuk mempersatukan kembali kedua kubu ini.
Namun, kata Andus, bila kedua kubu ini tidak mau rujuk (kubu Tumpal Hutabarat dan kubu Cornelius Barus), maka akan ditempuh jalan terakhir dengan membentuk kembali wadah Ikatan Keluarga Batak Pekanbaru Sekitarnya (IKBPS) khusus paguyuban batak yang tinggal di Pekanbaru.
Wadah IKBPS ini tidak masuk ke salah satu IKBR yang ada sekarang. Ini salah satu cara untuk menghindari perpecahan masyarakat batak yang ada di kota Pekanbaru.
Selaku pemrakarsa, Andus Hutasoit mengajak dan menghimbau seluruh masyakat batak melalui penatua dan pengurus parsahutaon untuk bersama-sama mendukung dan memberikan pandangan terbaiknya untuk kepentingan bersama.
Untuk mewujudkan pandangan ini, Andus Hutasoit selaku pemrakarsa mengundang para penatua dan pengurus punguan parsahutaon yang ada di kota Pekanbaru untuk mengadakan rapat pada hari Selasa, 8 Januari 2013 di Hotel Ibis Pekanbaru. *)
IKBR yang satu adalah kubu Tumpal Hutabarat yang terpilih sebagai Ketua Umum pada Mubes yang dibentuk Viator Butarbutar Ketua IKBR periode 2007-2011. Sementara IKBR yang satu lagi adalah kubu Cornelius Barus yang terpilih sebagai ketua umum IKBR hasil Mubeslub IKBR yang diselenggarakan lima sub etnis batak ditambah IKBR kabupaten/kota.
Untuk menanggapi persoalan ini, seorang tokoh masyarakat batak Pekanbaru memberi komentar sekaligus pandangan dan himbauannya.
Andus Hutasoit alias Lompat termasuk salah seorang tokoh batak dan penggerak terbentuknya Ikatan Keluarga Batak di Kota Pekanbaru, sekarang dia masih memangku jabatan Ketua IKBR Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru.
Selama ini dia sangat peduli dengan keberadaan IKBR. Dia memberikan tenaga, waktu, pemikiran bahkan materi untuk mempertahankan nama IKBR.
Belakangan ini, kepercayaannya terhadap IKBR mulai luntur. Dia termasuk salah satu dari ratusan ribu warga Batak yang tinggal di Pekanbaru yang tidak setuju dengan adanya dualisme kepengurusan IKBR Provinsi Riau.
Sehubungan dengan terjadinya dualisme kepengurusan IKBR PRovinsi Riau akhir tahun 2012 lalu, Andus Hutasoit menyampaikan pandangan dan himbauan yang disampaikan kepada para penatua batak dan pengurus Punguan Parsahutaon/STM.
Berikut ini pandangan Andus Hutaoit terhadap dualisme kepengurusan IKBR Provinsi Riau yang disampaikan kepada penatua dan pengurus punguan Parsahutaon yang ada di Kota Pekanbaru.
Setelah melihat dan mengamati dinamika yang terjadi di organisasi Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) yang merupakan satu-satunya organisasi paguyuban terbesar yang berkedudukan di Provinsi Riau, dimana terjadinya dualisme kepemimpinan yang masing-masing mengklaim kebenarannya dengan mengatakan keabsahannya sesuai aturan masing-masing yang dipandang benar, Andus Hutasoit dan masyarakat batak secara keseluruhan menjadi bingung. Masyarakat bertanya-tanya, siapa sebenarnya pemimpin IKBR yang absah.
Berangkat dari kebingunan itu, Andus melihat adanya indikasi perpecahan dan bahkan sudah terjadi perpecahan yaitu adanya dua kubu. Masing-masing kubu membentuk kepengurusannya (Pengurus Pusat IKBR) dan melakukan konsolidasi ke kabupaten/kota untuk membentuk pengurus daerah IKBR. Ini sebuah kejadian yang tidak baik dan tidak terpuji yang dilakukan oleh para orang tua yang dianggap sebagai tokoh batak di Provinsi Riau.
Andus Hutasoit memprediksi akan terjadi gelombang perpecahan yang semakin besar bagi suku batak hingga ke daerah. Masing-masing kubu membangun kekuatan dan kekuasaan. Kedua kubu ini terlihat ada maksud akan memecahbelah kekuatan batak yang telah terbangun baik selama ini.
Menurutnya, nenek moyang batak (Ompunta sijolo-jolo tubu) tidak pernah mewariskan adanya tindakan-tindakan yang berupaya menceraiberaikan kesatuan bangso batak. Seperti umpasa “Balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan, arinta do gabe molo hita masipaolooloan”. “Ompu raja dijolo martungkothon sialagundi, angka nauli na tinonahonni angka ompunta siihuthonon ni hita na di pudi”.
Yang terjadi sekarang ini di tengah bangsa batak di Provinsi Riau sama sekali tidak mencerminkan roh kehidupan bangsa batak sesuai falsafah Batak.
Untuk itu,kata Andus Hutasoit, dengan cara apapun, kedua kubu ini diharapkan bersatu kembali. Masyarakat Batak yang ada di Provinsi Riau menginginkan IKBR menjadi satu kembali yang mampu mengayomi, memberikan contoh yang baik kepada masyarakat batak dan tidak terpecah untuk kepentingan kelompok tertentu.
Ini berarti, masyarakat batak peduli IKBR yang diprakarsai Andus Hutasoit mencoba sebagai penengah untuk mempersatukan kembali kedua kubu ini.
Namun, kata Andus, bila kedua kubu ini tidak mau rujuk (kubu Tumpal Hutabarat dan kubu Cornelius Barus), maka akan ditempuh jalan terakhir dengan membentuk kembali wadah Ikatan Keluarga Batak Pekanbaru Sekitarnya (IKBPS) khusus paguyuban batak yang tinggal di Pekanbaru.
Wadah IKBPS ini tidak masuk ke salah satu IKBR yang ada sekarang. Ini salah satu cara untuk menghindari perpecahan masyarakat batak yang ada di kota Pekanbaru.
Selaku pemrakarsa, Andus Hutasoit mengajak dan menghimbau seluruh masyakat batak melalui penatua dan pengurus parsahutaon untuk bersama-sama mendukung dan memberikan pandangan terbaiknya untuk kepentingan bersama.
Untuk mewujudkan pandangan ini, Andus Hutasoit selaku pemrakarsa mengundang para penatua dan pengurus punguan parsahutaon yang ada di kota Pekanbaru untuk mengadakan rapat pada hari Selasa, 8 Januari 2013 di Hotel Ibis Pekanbaru. *)
Lanjutkan perjuangan, kami pemuda batak ada di belakang Pak Andus.
BalasHapus