Pandangan : Syaifin Bastian
TAHUN I | edisi 03 | 05 - 18 Nov 2012
Batak itu memang Keras, tapi Hatinya LembutPenduduk Kota Pekanbaru tergolong heterogen. Ada suku Melayu, Minang, Jawa, Tionghoa, Banjar, Batak dan suku lainnya. Semuanya hidup rukun dan damai di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Hidup rukun ini telah berjalan puluhan tahun dan hingga sekarang hampir tidak pernah terjadi gesekan berarti antara suku yang satu dengan suku yang lain. Bahkan kerukunan umat beragama tetap terjaga dengan baik.
Orang batak, memang, terkenal dengan sifat kerasnya, terutama suaranya. Namun, setelah kita mengenal lebih dalam jiwanya tidak sekeras yang kita bayangkan.
Pengalaman saya sejak berkenalan dengan orang batak, saya menilai, orang batak itu sangat konsekwen dan setia. Ketika saya di Jakarta, saya banyak berkenalan dengan orang batak dan bahkan menjadi teman. Bahkan, saya ikut perkumpulan Ikatan Pelajar asal Belige di Jakarta.
Banyak pengalaman yang bisa saya petik selama berteman dengan orang batak, baik selama di Jakarta, di Jambi dan di Pekanbaru.
Dari luar sekilas kita melihat, mereka tidak kompak dan tidak bersatu. Namun setelah saya amati, persatuan dan kesatuan orang batak sangat tinggi. Apalagi kalau kita lihat perkumpulan satu marga, perkumpulan satu kampung asal bona pasogitnya dan perkumpulan satu kampung di tanah rantau ini.
Tidak hanya itu, antara marga yang satu dengan marga lainnya saling bertalian dan bila dikait-kaitkan pasti ada hubungan keluarga antara yang satu dengan lainnya.
Hubungannya bisa saja sebagai teman semarga, tulang, hula-hula, boru, bere dan ibebere. Adat istiadat mereka juga sangat kental. Ini sering saya lihat bila ada orang tua yang sudah berumur meninggal dunia. Walau tidak ada pertalian darah dengan yang meninggal tersebut, mereka pasti datang melayat ke rumah duka.
Dari segi pergaulan sehari-hari, orang batak termasuk yang berjiwa nasionalis. Siapa saja, apakah itu etnis lain, agama lain dan ras lain, orang batak cepat bergaul dan dijadikan sebagai teman.
Cuma, ada saja orang menilai orang batak dari sisi luarnya saja. Hanya melihat dari wajahnya yang sangar dan suaranya yang keras. Padahal, bila dijawai lebih dalam tidaklah seperti itu. *)
TAHUN I | edisi 03 | 05 - 18 Nov 2012
Batak itu memang Keras, tapi Hatinya LembutPenduduk Kota Pekanbaru tergolong heterogen. Ada suku Melayu, Minang, Jawa, Tionghoa, Banjar, Batak dan suku lainnya. Semuanya hidup rukun dan damai di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Hidup rukun ini telah berjalan puluhan tahun dan hingga sekarang hampir tidak pernah terjadi gesekan berarti antara suku yang satu dengan suku yang lain. Bahkan kerukunan umat beragama tetap terjaga dengan baik.
Orang batak, memang, terkenal dengan sifat kerasnya, terutama suaranya. Namun, setelah kita mengenal lebih dalam jiwanya tidak sekeras yang kita bayangkan.
Pengalaman saya sejak berkenalan dengan orang batak, saya menilai, orang batak itu sangat konsekwen dan setia. Ketika saya di Jakarta, saya banyak berkenalan dengan orang batak dan bahkan menjadi teman. Bahkan, saya ikut perkumpulan Ikatan Pelajar asal Belige di Jakarta.
Banyak pengalaman yang bisa saya petik selama berteman dengan orang batak, baik selama di Jakarta, di Jambi dan di Pekanbaru.
Dari luar sekilas kita melihat, mereka tidak kompak dan tidak bersatu. Namun setelah saya amati, persatuan dan kesatuan orang batak sangat tinggi. Apalagi kalau kita lihat perkumpulan satu marga, perkumpulan satu kampung asal bona pasogitnya dan perkumpulan satu kampung di tanah rantau ini.
Tidak hanya itu, antara marga yang satu dengan marga lainnya saling bertalian dan bila dikait-kaitkan pasti ada hubungan keluarga antara yang satu dengan lainnya.
Hubungannya bisa saja sebagai teman semarga, tulang, hula-hula, boru, bere dan ibebere. Adat istiadat mereka juga sangat kental. Ini sering saya lihat bila ada orang tua yang sudah berumur meninggal dunia. Walau tidak ada pertalian darah dengan yang meninggal tersebut, mereka pasti datang melayat ke rumah duka.
Dari segi pergaulan sehari-hari, orang batak termasuk yang berjiwa nasionalis. Siapa saja, apakah itu etnis lain, agama lain dan ras lain, orang batak cepat bergaul dan dijadikan sebagai teman.
Cuma, ada saja orang menilai orang batak dari sisi luarnya saja. Hanya melihat dari wajahnya yang sangar dan suaranya yang keras. Padahal, bila dijawai lebih dalam tidaklah seperti itu. *)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar