Ir. Hotman Sitompul |
Ketua yang satu ini dilahirkan
di Pematang Siantar pada tanggal 24 Nov tahun 1956, menamatkan SMA di Medan dan
menyelesaikan kuliahnya di SSTN/ISTN Jakarta.
Ir Hotman
Sitompul/ Mitiawati Harahap Bangga Jadi
Marga Sitompul
Ir Hotman Sitompul pada awalnya
tigak bersedia diangkat menjadi Ketua Punguan Sitompul dan Boru Kota Pekanbaru
tahun 2007. Menurutnya, dia belum mampu mengemban tugas ketua punguan. Selain
tidak mengerti soal adapt istiadat, dia juga berpikir bahwa selama ini belum
ada yang diperbuat untuk punguan sitompul. Dan dalam benaknya mengatakan masih
banyak tokoh yang lebih mampu dari dirinya menjadi ketua.
Saat itu, Pesta Bona Taon
Sitompul dan Boru, tahun 2007, ketepatan ketua panitia adalah dia sendiri Ir
Hotman Sitompul dan sekretaris panitia adalah Anton Sitompul SH. Menjelang
pelaksanaan pesta, beberapa orang tua berkumpul seperti biasanya membicarakan dan
menetapkan siapa ketua punguan. Pertemuan itu berlangsung di rumah Ompu Tulus
Sitompul di Rumbai. Dan secara aklamasi mereka memilih Ir Hotman Sitompul
menjadi ketua punguan untuk periode 2007-2009. Setelah beberapa orang tua dan
penasehat punguan mengadakan rapat, Hotman pun dipanggil dan maksud baik
natua-tua pun disampaikan kepada Hotman.
Alangkah terkejutnya Hotman
mendengar hal itu. Dalam benaknya “saya belum mampu, saya belum bisa, masih ada
yang lain, saya belum faham tentang punguan marga sitompul”. Awalnya dia
menolak. Ompu Tulus selaku juru bicara menyampaikan kabar baik itu kepada
Hotman. Sebuah ultimatum diterima Hotman. “Jawab dulu dengan jujur, kau terima
Jadi Ketua, kalau tidak saya pulang, tak perlu ada pesta ini,” kata Ompu Tulus kepada
Hotman. Dan dijawab Hotman “Ialah Ompung, saya pertimbangkan”. Itulah jawaban secara
singkat yang pada hakekatnya hanya sekedar mencari celah agar dia tidak dipilih
menjadi ketua.
Pergumulan Hotman sangat berat.
Dia pun menanyakan kepada orangtuanya di Medan
sekaligus meminta pendapat. Orang tuanya menyarankan supaya meminta dan memohon
kepada orangtua Sitompul di Pekanbaru supaya diberi jabatan lain, asal tidak
jadi Ketua. Dia juga bertanya dan berkonsultasi dengan abangnya di Surabaya yang sudah dua periode menjadi Ketua Punguan
Sitompul dan Boru Surabaya
sekitarnya. Abangnya mengatakan bahwa untuk menjadi Ketua Sitompul harus ada
waktu yang cukup, ada financial, tidak hanya dalam adapt istiadat saja, bahasa
batak harus dikuasai. Mendengar jawaban dari orang tua dan abang kandungnya,
dia pun semakin kecut menerima amanah tersebut.
Sehari sebelum acara pesta, dia
belum yakin bahwa dirinya akan dilantik menjadi ketua karena dia memang tidak
menerima keputusan natua-tua tersebut. Namun pagi hari saat pelaksanaan pesta, setelah
mendapat petunjuk dari Tuhan, Hotman pun menerimanya dan dia pun dilantik
menjadi Ketua Punguan periode 2007-2009.
Setelah menjadi ketua, Hotman
bersaksi, bahwa yang didapat dari punguan sitompul sungguh sangat banyak. Dia
mengaku bangga menjadi marga sitompul. Setelah menjabat jadi ketua dia baru
tahu bahwa orang tua sitompul semua pintar-pintar terutama soal paradaton.
Ternyata semua sudah ada diatur dalam adapt. Sebagai ketua punguan saya juga
sangat bangga di tengah masyarakat. Artinya, banyak hal yang ia peroleh secara
positip selama menjabat jadi ketua.
Di lingkungan kerjanya, Hotman
menjadi disegani. Bahkan setelah atasannya mengetahui dia sebagai ketua marga
sitompul dia disalami sebagai ucapan selamat. Sejawat di organisasi lain pun
menjadi segan sama kita dan mereka mengatakan kita Ketua Suku. Terus terang dia
katakana, setelah menjabat ketua punguan, dia pun mendapat jabatan baru
dilingkungan kerjanya menjadi Kepala Bagian. Itu saya syukuri, soalnya, jabatan
itu saya terima setelah saya menerima jabatan ketua sitompul.
Setelah menjabat ketua, dia pun
secara pelan-pelan belajar dan rajin bertanya kepada natua-tua. Apa yang dia
dapat, ternyata, punguan sitompul sudah ada sejak tahun 1961. Saya tak bisa
lagi memberi komentar, rupanya punguan ini sudah cukup dikenal, tidak hanya di
kalangan sitompul, kalangan orang batak tapi juga di kalangan masyarakat Riau. Ternyata
sitompul sudah punya nama di Riau.
Dia berpesan kepada pengurus yang
ada sekarang dan pengurus yang akan datang supaya ada estafet kepemimpinan kepada
pengurus baru. Jangan hanya sekedar makan-makan, tapi harus bisa menunjukkan
makna yang lebih jauh. Kalau ada marga sitompul yang berprestasi harus kita
dukung. Dia berharap untuk masa yang akan datang sitompul lebih maju dan tetap
kompak.
Style kepemimpinan yang
diterapkan Hotman sewaktu menjabat ketua yaitu berusaha memberdayakan semua
unsure pengurus. Dan hamper tidak ada masalah dan kesulitan. Ketua Bidang
Budaya banyak memberi dukungan dan semangat. Style saya waktu itu lebih banyak
mengadakan pendekatan dan lebih banyak mangelek (membujuk). Saya selalu berikap
mengalah yang penting kegiatan punguan tetap berjalan. Banyak juga orang tua
yang memberi semangat kepada saya sehingga bisa tetap tegar dalam memimpin
punguan.
Dia melihat ada satu hal luar
biasa dalam punguan. Ketua Wijk yang mengurusi anggota memberikan perhatian
serius terhadap punguan. Dia tidak punya gaji, tidak punya honor dan tidak
mendapat apa-apa dari punguan, tapi tetap mau dengan suka rela mengantarkan
undangan ke rumah setiap anggota, mau memberikan informasi dari punguan ke
anggota. Ini semua luar biasa pengorbanan ketua wijk terhadap punguan. Saya
salut terhadap seluruh ketu wijk punguan sitompul.
Pengalaman pahit yang dirasakan
dalam punguan diantaranya lagi enak-enak tidur, ada telepon, kita harus keluar
mengurusi sitompul. Kita sudah berbuat yang terbaik buat punguan, tapi masih
ada yang ngomong kurang inilah, kurang itulah. Tak ada puasnya. Ada juga kritik dari
natua-tua, pengurus dan dari anggota yang sifatnya membangun ada juga kritik
yang memojokkan. Semuanya kita alami dan kita terima dengan lapang dada.
Perubahan AD-ART
Ide adanya perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD_ART) lumrah saja. Organisasi yang ingin
maju harus selaras dengan dinamika perkembangan zaman. Hal ini didorong oleh
keinginan punguan tidak hanya pelaksanaan adapt saja, tapi juga disegi ekonomi.
Ini yang mendasari. Cuma, AD-ART Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Kota
Pekanbaru belum mengacu kepada AD-ART Punguan Raja Toga Sitompul yang berpusat
di Jakarta .
Tahun 2007 lalu, Punguan Raja
Toga Sitompul se Indonesia
melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta. Hotman Sitompul selaku
peserta dari Pekanbaru berharap bahwa keputusan Munas pertama tersebut bisa
diterapkan di Pekanbaru. Kemauan pusat, struktur punguan yang ada di daerah
harus selaras dengan pusat. Maunya, Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota di
Indonesia harus da garis koordinasi tak terputus. Namun hingga sekarang belum
berkoodinir dengan baik. Sepulangnya dari Munas, Hotman selaku ketua punguan
menyampaikan hasil Munas tersebut di tengah punguan sitompul Pekanbaru. Ada natua-tua tak setuju
dengan keputusan pusat hasil Munas tersebut. Alasannya, urusan sitompul di
Pekanbaru taja ada urusanbnya dengan yang di pusat dan daerah lain. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar